Berkhalwat dengan wanita bukan mahram

RS 1628 RS 1629 RS 1630

وَعَنْ عُقْبَةَ بْن عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ رَسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قََالَ :

إيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ

فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأنْصَارِ: أفَرَأيْتَ الْحَمْوَ ؟ قَالَ :

الْحَمْوُ المَوْتُ .

مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

الْحَمْوُ قَرِيبُ الزَّوْجِ كَأخِيهِ، وابنِ أخِيهِ، وَابْنِ عَمِّهِ .


Dari Uqbah Ibn 'Amir ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Janganlah kalian masuk kepada wanita.

Kemudian ada seorang laki-laki dari kaum Anshar berkata: Bagaimana dengan ipar? Beliau saw. bersabda:

Ipar adalah kematian.

(Muttafaq 'alaih)

Albamwu ialah keluarga dari suami seperti saudara lelaki suami, anak lelaki saudara itu atau anak lelaki pamannya. Makna dari Hadis ini ialah bahwa menyendirinya hamwu ipar dan sebagainya yang tertulis di atas itu adalah lebih besar bahayanya dari orang yang benar-benar asing, sebab kadang-kadang lelaki itu mempertunjukkan sesuatu yang baik pada istri tadi, kemudian beratlah kiranya bagi suaminya untuk mengusahakan sesuatu yang ada di luar kemampuannya, atau akan menyebabkan buruknya hubungan dan Iain-Iain sebagainya. Selain itu suami juga tidak akan terkesan sesuatu apapun dalam hatinya untuk mengamat-amati lelaki tersebut, terutama mengenai keadaan batinnya dengan keluar masuk dalam rumahnya itu.


Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 4831; Muslim, hadis no. 4037; al-Tirmizi, hadis no. 1091; Ahmad, hadis no. 16708 dan 16755; al-Darimi, hadis no. 2528.

وَعَن ابنِ عبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما أنَّ رَسُولَ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قََالَ :

لَا يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ إِلاًَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ .

مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ


Dari Ibn Abbas ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Jangan sekali-kali seorang dari kalian bersendirian dengan seorang wanita, kecuali bersama mahramnya.

(Mu'ttafaq 'alaih)


Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 2784; Muslim, hadis no. 2391; Ibn Majah, hadis no. 2891; Ahmad, hadis no. 1833 dan 3062.

وَعَنْ بُريْدةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَال رَسُول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :

حُرْمَةُ نِسَاءِ المُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ كَحُرْمَةِ أُمَّهَاتِهِمْ، مَا مِنْ رَجُلٍ مِنْ الْقَاعِدِيْنَ يَخْلُفُ رَجُلاً مِنَ المُجَاهِدِينَ في أهْلِهِ، فَيَخُونُهُ فِيهِمْ إِلاَّ وَقَفَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيأْخُذُ مِنْ حَسَنَاتِهِ مَا شَاءَ حَتَّى يَرْضي

ثُمَّ الْتَفَتَ إلَيْنَا رَسُولُ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَقَالَ :

مَا ظَنُّكُمْ ؟

رَوَاهُ مُسْلِمٌ


Dari Buraidah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:

Kehormatan istri-istri para mujahidin atas orang-orang yang tidak ikut pergi berperang adalah bagaikan kehormatan ibu-ibu mereka; tidak seorang pun dari orang-orang yang tidak ikut berperang yang menjaga keluarga seorang mujahid kemudian ia mengkhianati keluarganya, melainkan ia akan menghentikannya pada hari kiamat, kemudian mengambil kebaikan-kebaikannya sesuka hati hingga merasa puas.

Kemudian Rasulullah saw. menoleh kepada kami, beliau bersanda:

Bagaimana perkiraan kalian?

(HR Muslim)


Hadis sahih, diriwayatkan oleh Muslim, hadis no. 3515; Abu Daud, hadis no. 2135; al-Nasa’i, hadis no. 3138, 3139 dan 3140; Ahmad, hadis no. 21899 dan 21926.