Memuji orang di hadapannya bagi mereka yang dihawatirkan akan besar kepala

RS 1788 RS 1789 RS 1790

عَنْ أبي مُوسى الأشْعرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعَ النَّبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم رَجُلاً يُثْني عَلَى رَجُلٍ وَيُطْرِيهِ في المدْحَةِ، فَقَالَ :

أهْلَكْتُمْ، أوْ قَطعْتُمْ ظَهرَ الرَّجُلِ .

مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

وَالإطْرَاءُ : المُبالَغَةُ في المَدْحِ .


Dari Abu Musa ra. berkata: Nabi saw. mendengar seseorang lelaki memuji pada orang lelaki lain dan mempersangatkan dalam memujinya itu, lalu Beliau saw. bersabda:

Kalian telah mencelakainya.

(Muttafaq 'alaih)

Al-Ithra ' artinya bersangatan dalam memberikan pujian.


Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Bukhari, hadis no. 2469; Muslim, hadis no. 5321; Ahmad, hadis no. 18861.

وَعَنْ أبي بَكْرَة رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أنَّ رجُلاً ذَكِرَ عِنْدَ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، فَأَثْنَى عَلَيْهِ رَجُلٌ خَيْراً، فَقَالَ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم :

ويْحَكَ قَطَعْت عُنُقَ صَاحِبكَ

يقُولُهُ مِرَاراً :

إنْ كَانَ أحَدُكُمْ مَادِحاً لا مَحَالَةَ، فَلْيَقُلْ : أَحْسِبُ كَذَا وكَذَا إنْ كَانَ يَرَى أنَّهُ كَذَلِكَ، وَحَسِيبُهُ اللَّه، ولاَ يُزَكَّى علَى اللَّهِ أحَدٌ .

مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ


Dari Abu Bakrah ra. bahwa ada seseorang lelaki disebut-sebut namanya di sisi Nabi saw., lalu ada orang lelaki lain memujinya dengan menunjukkan kebaikannya, kemudian Nabi saw. bersabda:

Celaka engkau, engkau telah mematahkan lehernya. Beliau saw. mengucapkan ini berulang-ulang. Selanjutnya bersabda lagi:

Jika ada di antara kalian yang merasa harus memuji, maka hendaklah mengatakan:

Aku kira ia adalah begini dan begini, apabila memang orang itu diketahuinya benar-benar seperti itu, sedang yang kuasa memperhitungkan amalannya adalah Allah, dan tidak boleh memastikan kesucian seseorang di hadapan Allah.

(Muttafaq 'alaih)


Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Bukhari, hadis no. 5601; Muslim, hadis no. 5319 dan 5320; Abu Daud, hadis no. 4171; Ibn Majah, hadis no. 3734; Ahmad, hadis no. 19526, 19563, 19568, 19581 dan 19607.

وَعَنْ هَمَّامِ بنِ الْحَارِثِ، عَنْ المِقْدَادِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ رَجُلاً جعَل يَمْدَحُ عُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْه، فَعَمِدَ المِقْدادُ، فَجَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ، فَجَعَلَ يَحْثُو في وَجْهِهِ الْحَصْبَاءَ، فَقَالَ لَهُ عُثْمَانُ : مَا شَأْنُكَ ؟ فَقَالَ : إنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ :

إذَا رَأَيْتُمُ المَدَّاحِينَ، فَاحْثُوا في وَجُوهِهِمُ التُّرابَ .

رَوَاهُ مُسْلِمٌ

فَهَذِهِ الأحَادِيثُ في النَّهْيِ، وَجَاءَ في الإبَاحَةِ أحَادِيثُ كثِيرَةٌ صَحِيحَةٌ . قَالً العُلَمَاءُ : وَطريقُ الجَمْعِ بَيْنَ الأحَادِيثِ أنْ يُقَالَ : إنْ كَانَ المَمْدُوحُ عِنْدَهُ كَمَالُ إيمَانٍ وَيَقِينٍ، وَريَاضَةُ نَفْسٍ، وَمَعْرِفَة تَامَّةٌ بِحَيْثُ لا يَفْتَتِنُ، وَلا يَغْتَرُّ بِذَلِكَ، وَلا تَلْعَبُ بِهِ نَفْسُهُ، فَلَيْسَ بِحَرَامٍ وَلا مَكْرُوهٍ، وإنْ خِيفَ عَلَيْهِ شَيءٍ منْ هَذِهِ الأمُورِ كُرِهَ مَدْحُهُ في وَجْهِهِ كَرَاهَةً شَدِيدَةً، وعَلَى هَذَا التَّفْصِيلِ تُنزَّلُ الأحاديثُ المُختَلفَة في ذَلِكَ . وَمِمَّا جَاءَ في الإبَاحَةِ قَوْلُهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم لأبي بَكْرٍ رضي اللًَّه عَنْهُ : أرْجُو أنْ تَكُونَ مِنْهُمْ أيْ : مِنَ الَّذِينَ يُدْعَوْنَ مِنْ جَمِيعِ أبْوابِ الْجَنَّةِ لِدُخُولِهَا، وفي الحَديثِ الآخَرِ : لَسْتَ مِنْهُمْ أيْ : لَسْتَ مِنَ الَّذِينَ يُسْبِلُونَ أُزُرَهُمْ خُيَلاءَ . وَقَالَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم لِعُمَرَ رضي اللَّه عَنْهُ : مَا رَآكَ الشَّيْطَانُ سَالِكاً فَجّا إلاَّ سلكَ فَجّا غَيْرَ فَجِّك ، وَالأحَادِيثُ في الإبَاحَةِ كَثِيرَةٌ، وَقَدْ ذَكَرْتُ جُمْلَةً مِنْ أطْرَافِهَا في كتاب : الأذْكَار .


Dari Hammam Ibn al-Harits dari al-Miqdad ra. bahwa ada seseorang lelaki yang sedang memuji Usman ra. lalu al-Miqdad menuju tempat orang tadi, kemudian berjongkok atas kedua lututnya dan mulailah melempari orang itu dengan kerikil di mukanya. Usman lalu berkata padanya: Mengapa engkau berbuat demikian? Al-Miqdad menjawab: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

Jika kalian melihat orang-orang yang suka memuji, maka lemparkanlah tanah ke muka mereka.

(HR Muslim)

Hadis-hadis di atas itu menunjukkan larangan memberikan pujian. Tetapi ada pula Hadis-hadis yang banyak sekali jumlahnya dan sahih-sahih yang menerangkan bolehnya memberikan pujian itu. Para alim-ulama berkata: Jalan mengumpulkan antara Hadis-hadis di atas yang melarang dan yang membolehkan ialah: Jikalau orang yang dipuji itu memiliki keimanan yang sempurna dan keyakinan yang baik, serta jiwa yang terlatih, demikian pula pengetahuan yang sempurna, sehingga tidak dikhuatirkan akan timbulnya fitnah dalam jiwanya sendiri apabila menerima pujian, juga tidak tertipu hatinya dengan demikian itu, malahan kalbunya tidak juga dapat dipermainkan dengan ucapan pujian tersebut, maka terhadap orang yang semacam ini pujian itu tidaklah haram dan tidak pula makruh. Tetapi jikalau dikhuatirkan akan adanya sesuatu dari perkara-perkara yang tersebut di atas, maka memuji itu adalah dimakruhkan di muka orang tersebut dengan kemakruhan yang sangat. Dengan cara pemisahan sebagaimana di atas itu diturunkannya beberapa Hadis yang berselisihan tujuannya itu. Di antara Hadis-hadis yang menunjukkan bolehnya memuji itu ialah bersabda Nabi saw. kepada Abu Bakar ra.: Aku harap anda termasuk golongan orang-orang itu yakni yang dapat diundang dari segala macam pintu syurga, lihat Hadis no. 1213 untuk dapat masuk dari semuanya itu. Dalam Hadis Iain disebutkan: Engkau bukan golongan orang-orang itu, yakni bukan golongan orang-orang yang melemberehkan sarungnya karena ada tujuan kesombongan lihat Hadis no. 788. Demikian pula sabda Rasulullah saw. kepada Umar ra. : Tidaklah syaitan itu melihat anda menempuh sesuatu jalan, melainkan ia akan menempuh jalan selain dari jalan yang anda lalui. Jadi, Hadis-hadis mengenai bolehnya memberikan pujian itu banyak sekali dan sudah aku sebutkan sebagian dari petikal-petikannya dalam kitab al-Adzkar yang dikarang oleh Imam al- Nawawi pula.


Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Bukhari, hadis no. 3051; Muslim, hadis no. 4410; Ahmad, hadis no. 1392, 1496 dan 1538.