Beragama itu mudah

2:185 2:185 RS 145

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ :

إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنُ إِلاَّ غَلَبَهُ فَسَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا وَأَبْشِرُوْا، وَاسْتَعِيْنُوْا بِالْغدْوةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِن الدُّلْجَةِ .

رَوَاهُ البُخَارِيّ.

وَفِي رِوَايَة ٍلَهُ سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَاغْدُوا وَرُوحُوا، وَشَيْءٌ مِنَ الدُّلْجةِ، الْقَصْدَ الْقَصْدَ تَبْلُغُوا  . قوله : الدِّينُ هُوَ مرْفُوعٌ عَلَى مَا لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ . وروِي مَنْصُوباً، وروِيَ: لَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ . وقوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : إِلاَّ غَلَبَهُ : أَيْ : غَلَبَهُ الدِّينُ وَعَجَزَ ذلِكَ الْمُشَادُّ عَنْ مُقَاوَمَةِ الدِّينِ لِكَثْرَةِ طُرُقِهِ .  وَاَلْغَدْوَةُ  سيْرُ أَوَّلِ النَّهَارِ . وَالرَّوْحَةُ : آخِرُ النَّهَارِوالدُّلْجَةُ : آخِرُ اللَّيْلِ .

وَهَذَا استَعارةٌ، وتَمْثِيلٌ، ومعْناهُ : اسْتَعِينُوا عَلَى طَاعَةِ اللَّهِ عز وجلَّ بِالأَعْمَالِ فِي وَقْتِ نَشَاطِكُمْ، وَفَرَاغِ قُلُوبِكُمْ بِحَيثُ تًسْتَلِذُّونَ الْعِبادَةَ ولا تَسْـأَمُونَ مَقْصُودَكُمْ، كَمَا أَنَّ الْمُسَافِرَ الْحَاذِقَ يَسيرُ في هَذِهِ الأَوْقَاتِ وَيستَريِحُ هُوَ وَدَابَّتُهُ فِي غَيْرِهَا، فيَصِلُ الْمَقْصُودَ بِغَيْرِ تَعَبٍ، واللَّهُ أَعلم .


Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda:

Agama itu mudah, tidaklah agama itu diperkeraskan oleh seseorang melainkan agama itu akan mengalahkannya. Maka dari itu, bersikap luruslah kalian, lakukanlah yang mendekati yang lurus, berilah kabar gembira, juga mohonlah pertolongan dalam melakukan sesuatu amalan itu, baik di waktu pergi pagi-pagi, sore-sore ataupun sebagian waktu malam.

(HR al-Bukhari)

Dalam riwayat al-Bukhari lainnya disebutkan: Berlaku luruslah, lakukanlah yang sederhana, pergilah di waktu pagi, juga di waktu sore serta sebagian di waktu malam. Berbuatlah sederhana,tentu kalian akan sampai pula - pada tujuannya. Addin itu dirafa'kan karena merupakan maf'ulnya fi'il yang tidak disebutkan fa'ilnya. Ada pula yang mengatakan bahwa itu harus dinashabkan. Ada yang meriwayatkan dengan lafaz Lan yusyaddad dina ahadun, artinya tidak seorangpun yang hendak memperkeraskan agama tersebut. Sabda Rasulullah saw. Illa ghalalabahu, artinya melainkan agama itu mengalahkannya, yakni bahwa agama tadi mengalahkan orang itu dan dengan sendirinya orang yang memperkeras-keraskan sendiri itu akhirnya akan lemah untuk menghadapi agama tersebut, sebab banyak jalan yang perlu ditempuhnya. Ghadwah ialah bepergian pada pagi hari dan Rawhah pada sore hari, sedang Adduljah ialah pada akhir malam.

Ini semua adalah sebagai kata kiasan atau perumpamaan. Maksudnya ialah: Hendaklah kalian memohonkan pertolongan untuk melakukan ketaatan kepada Allah 'Azzawajalla itu dengan melakukan berbagai amalan di waktu kalian dalam keadaan bersemangat, serta hati dalam keadaan lapang, sehingga dengan demikian kalian akan merasa lezat melakukan ibadah tadi dan tidak akan merasa bosan, juga dengan itu apa yang dimaksudkan sudah pula tercapai. Ini adalah sebagaimana seseorang yang pandai bepergian, ia tentu berangkat dalam keadaan semacam di atas itu dan ia beristirahat, baik dirinya maupun kendaraannya dalam waktu sudah lelah ataupun hati kurang enak. Dengan demikian dapat pula ia mencapai tujuannya tanpa kelelahan sama sekali. Wallahu a'lam.


Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 38, 5241 dan 5982;  al-Nasa’i, hadis no. 4948