Jangan ghibah tapi berkatalah yang baik atau diam

RS 1511

وَعَنْ أَبي هُريْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَليَقُلْ خَيْراً، أَوْ لِيَصْمُتْ .

مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

وَهذا الحَديثُ صَرِيحٌ في أَنَّهُ يَنْبَغي أنْ لا يَتَكَلَّمَ إِلاَّ إِذَا كَانَ الكَلامُ خَيْراً، وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَتْ مَصْلَحَتُهُ، وَمَتَى شَكَّ في ظُهُورِ المَصْلَحَةِ، فَلََا يَتَكَلَّمُ .


Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., bersabda:

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam.

(Muttafaq 'alaih)

Hadis ini secara terang sekali menjelaskan bahwa seharusnya seseorang itu tidak berbicara. melainkan jika pembicaraannya itu berupa suatu kebaikan yakni pembicaraan yang tampak nyata adanya kemaslahatan di dalamnya. Oleh sebab itu, jika ia sangsi tentang akan timbulnya kemaslahatan dalam pembicaraannya tadi, maka janganlah berbicara.


Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 5559, 5671, 5673; Muslim, hadis no. 67, 68; Abu Daud, hadis no. 4487; al-Tirmizi, hadis no. 2424; Ibn Majah, hadis no. 3961; Ahmad, hadis no. 7307, 7325, 9223, 9588.