Al-Qur'an melarang kita riya'

2:264 4:142 98:5 2:264 4:142 98:5 RS 1619

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقَٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلْأَذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا


Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ


Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

وَعَنْ جُنْدُب بن عَبْدِ الله بنِ سُفْيانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قالَ النبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ الله بِهِ، وَمَنْ يُرَاَئِى يُرَئِى الله  بِهِ .

مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ أَيضاً مِنْ رِوَايَةِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي اللَّه عَنْهُمَا

سَمَّعَ بتَشْدِيدِ المِيمِ، وَمَعْنَاهُ : أشْهَرَ عمَلَهُ للنَّاس ِريَاءً سَمَّعَ اللَّه بِهِ أيْ : فَضَحَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ومَعْنى : منْ رَاءَى أيْ : مَنْ أَظْهَرَ للنَّاسِ الْعَمَلَ الصَّالِحَ لِيَعْظُمَ عِنْدَهُمْ رَاءَى اللَّه بِهِ أيْ : أظْهَرَ سَرِيرَتَهُ عَلَى رُؤُوسِ الخَلائِقِ .


Dari Jundub Ibn Abdullah Ibn Sufyan ra. berkata: Nabi saw. bersabda:

Barangsiapa popularitas dengan amalannya, maka Allah akan membuatnya populer (dengan membongkarnya) pada hari kiamat. Dan barangsiapa memperlihatkan amalnya (agar dipuji), maka Allah akan membuatnya terlihat (pada hari kiamat).

(Muttafaq 'alaih)

Diriwayatkan pula oleh Muslim dari riwayat Ibn Abbas. Samma'a dengan tasydidnya mim, artinya ialah mempertontonkan amalannya kepada para manusia dengan tujuan ria'. Samma'al- lahu bihi, artinya Allah akan membuka kedoknya itu pada hari kiamat. Adapun makna Man raa'aa raa'allahu bihi ialah barangsiapa yang memperlihatkan kepada para manusia akan amal shalihnya, supaya ia dianggap sebagai orang yang agung atau tinggi dipandangan mereka, padahal sebenarnya ia tidak sebagaimana yang diperlihatkan itu, maka Allah akan mempertontonkan rahasia hatinya itu kepada seluruh makhluk pada hari kiamat.


Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 6018; Muslim, hadis no. 5302; Ibn Majah, hadis no. 6018; Ahmad, hadis no. 18055.