Allah akan memberinya karomah

RS 1509

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ، قََالَ :

بَعْثَ رَسُولُ اللِّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم عَشْرَةَ رَهْطٍ عَيْناً سَرِيَّةً، وأمَّرَ عَلَيْهَا عَاصِمَ بنَ ثَابِتٍ الأنْصَارِيَّ، رَضِيَ الّلهُ عَنْهُ، فَانْطَلَقُوا حتَّى إِذَا كَانُوا بِالهَدْاةِ، بَيْنَ عُسْفَانَ وَمَكَّةَ، ذُكِرُوا لِحَيٍّ مِنْ هُذَيْلٍ يُقالُ لَهُمْ : بَنُوا لِحيَانَ، فَنَفَرُوا لَهُمْ بِقََريبِ مِنْ مِائِةِ رَجُلٍ رَامٍ فَاقْتَصُّوا آثَارَهُمْ.

فَلَمَّا أحَسَّ بِهِمْ عَاصِمٌ وَأَصْحَابُهُ، لَجَؤُوا إِلَى مَوْضِعٍ، فَأحَاطَ بِهِمُ القَوْمُ، فَقََالُوا: انْزِلُوا، فَأَعْطُوا بِأَيْدِيكُمْ وَلَكُمُ العَهْدُ وَالمِيثَاقُ أنْ لا نَقْتُلُ مِنْكُمْ أحَداً.

فَقَالَ عَاصِمُ بنُ ثَابِتٍ : أَيُّهَا القَوْمُ، أَمَّا أَنَا فَلَا أَنْزِلُ عَلَى ذِمَّةِ كَافِرٍ . اللَّهُمَّ أَخْبِرْ عَنَّا نَبِيَّكَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم. فَرَمُوْهُمْ بِالنَّبْلِ فَقَتَلُوا عَاصِماً، وَنَزَلَ إلَيْهِمْ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ عَلَى العَهْدِ والمِيثاقِ، مِنْهُمْ خُبَيْبٌ، وَزَيْدُ بنُ الدَّثِنَةِ وَرَجُلٌ آخَرُ. فَلَمَّا اسْتَمْكَنُوا مِنْهُمْ أطْلَقُوا أوْتَارَ قِسِيِّهِمْ، فَرَبطُوهُمْ بِهَا. قَالَ الرَّجُلُ الثَّالِثُ : هَذَا أوَّلُ الغَدْرِ واللَّهِ لا أصْحَبُكُمْ إنَّ لِي بِهؤُلاءِِ أُسْوَةً، يُرِيْدُ القَتْلى، فَجَرُّوهُ وعَالَجُوهُ، فَأبي أنْ يَصْحَبَهُمْ، فَقَتَلُوهُ.

وانْطَلَقُوا بِخُبَيْبٍ، وَزَيْدِ بنِ الدَّثِنَةِ، حَتَّى بَاعُوهُما بِمَكَّةَ بَعْدَ وَقْعَةِ بَدْرٍ، فَابْتَاعَ بَنُو الحارِثِ ابنِ عامِرِ بنِ نَوْفَلِ بنِ عَبْدِ مَنَافٍ خُبَيْباً، وكانَ خُبَيْبُ هُوَ قَتَلَ الحَارِثَ يَوْمَ بَدْرٍ. فلَبِثَ خُبَيْبٌ عِنْدَهُمْ أسِيراً حَتَّى أجْمَعُوا عَلَى قَتْلِهِ. فَاسْتَعَارَ مِنْ بَعْضِ بَنَاتِ الحَارِثِ مُوسَى يَسْتحِدُّ بِهَا فَأَعَارَتْهُ، فَدَرَجَ بُنَيُّ لهَا وَهِي غَافِلَةٌ حَتَّى أَتَاهُ، فَوَجَدْتُه مُجْلِسَهُ عَلَى فَخْذِهِ وَالمُوسَى بِيَدِهِ، فَفَزِعَتْ فَزْعَةً عَرَفَهَا خُبَيْبٌ. فَقَالَ: أتَخْشيْنَ أن أقْتُلَهُ، مَا كُنْتُ لأَفْعَلَ ذَلِكَ. قَالَتْ: وَاللَّهِ مَا رَأيْتُ أسِيراً خَيْراً مِنْ خُبَيْبٍ، فَوَاللَّهِ لَقَدْ وَجَدْتُهُ يَوْماً يأَكُلُ قِطْفاً مِنْ عِنَبٍ في يَدِهِ، وَإنَّهُ لَمُوثَقٌ بِالحَدِيدِ وَمَا بِمََكَّةَ مِنْ ثَمَرَةٍ. وَكَانَتْ تقُولُ: إنَّهُ لَرِزَقٌ رَزقَهُ الله خُبَيباً.

فَلَمَّا خَرجُوا بِهِ مِنَ الحَرمِ لِيقْتُلُوهُ في الحِلِّ، قَال لهُم خُبيبُ : دَعُوْنِي أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، فتَرَكُوهُ، فَرَكعَ رَكْعَتَيْنِ، فقالَ : واللَّهِ لَوْلا أنْ تَحسَبُوا أنَّ مَابِْي جَزَعٌ لَزِدْتُ : اللَّهُمَّ أحْصِهمْ عَدَداً، واقْتُلْهُمْ بَدَداً، ولا تُبْقِ مِنْهُم أحَداً . وقََالَ :

فلَسْتُ أُبالي حينَ أُقْتلُ مُسْلِماً      على أيِّ جنْبٍ كَانَ للَّهِ مصْرعِي

وذلِكَ في ذَاتِ الإلَهِ وإنْ يشَأْ       يُبَارِكْ عَلَى أوْصالِ شِلْوٍ مُمَزَّعِ

وكانَ خُبيْبٌ هُوَ سَنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ قُتِلَ صَبْراً الصَّلاةَ وَأخْبَر - يعَنْي النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم - أَصْحَابَهُ يوْمَ أُصِيبُوا خَبَرَهُمْ، وَبَعَثَ نَاسٌ مِنْ قُرَيْشٍ إِلَى عَاصِم بْنِ ثَابِتٍ حِيْنَ حُدِّثُوا أنَّهُ قُتِلَ أنْ يُؤْتَوا بشَيءٍ مِنْهُ يُعْرَفُ . وكَانَ قتَل رَجُلاً مِنْ عُظَمائِهِمْ، فبَعثَ اللّهُ لِعَاصِمٍ مِثْلَ الظُّلَّةِ مِنَ الدَّبْرِ، فَحَمَتْهُ مِنْ رُسُلِهِمْ، فَلَمْ يَقْدِرُوا أنْ يَقْطَعُوا مِنْهُ شَيْئاً .

رَوَاهُ البُخَارِيّ

قولُهُ : الهَدْاَةُ : مَوْضِعٌ.

وَالظُّلَّةُ : السَّحَابُ.

والدَّبْرُ : النَّحْلُ .

وَقََوْْلُُهُ : اقْتُلْهُمْ بِدَداً، بِكَسْرِ الباءِِ وفتحِهَا، فَمَنْ كَسَرَ، قَالَ هُوَ جمعٍ بِدَّةٍ بكسر الباءِ، وهو النصِيب، ومعناه اقْتُلْهُـمْ حِصَصاً مُنْقَسِمَةً لِكُلِّ واحِدٍ مِنْهُمْ نَصيبٌ. وَمَنْ فَتَحَ، قَالَ: مَعْنَاهُ : مُتَفَرِّقِينَ في القَتْلِ واحِداً بَعْدَ وَاحِدٍ مِنَ التّبْدِيدِ.

وَفِي البَابِ أحاديثٌ كَثِيرَةٌ صَحِيحَةُ سَبَقَتْ في مَوَاضِعِها مِنْ هَذَا الكِتَابِ، مِنْهَا حديثُ الغُلامِ الَّذِي كَانَ يأتِي الرَّاهِبَ والسَّاحِرَ، ومِنْهَا حَديثُ جُرَيجٍ، وحديثُ أصْحَابِ الغَارِ الذين أَطْبقَتْ عَلَيْهمُ الصَّخْرَةُ، وَحَدِيْثُ الرَّجُلِ اَّلذِي سَمِعَ صَوْتاً في السَّحَابِ يَقُولُ: اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ، وَغَيْرُ ذَلِكَ. وَالدَّلائِلُ في البابِ كثيرةٌ مَشْهُورةٌ، وبِاللَّهِ التَّوْفِيقُ .


Dari Abu Hurairah ra. berkata:

Rasulullah saw. mengutus sepuluh orang sebagai mata-mata dalam suatu pasukan dan menjadikan 'Ashim Ibn Tsabit al-Anshari ra. sebagai pemimpin pasukan tersebut. Mereka berjalan meninggalkan Madinah hingga sampai di al-Had’ah, tempat antara ‘Usfan dan Makkah, ada yang mengabarkan kepada suku Huzail yang disebut Banu Lihyan, maka mereka mengerahkan seratus orang pemanah. Lalu mereka mengejar rombongan sahabat tadi dengan menelusuri jejak mereka.

Ketika ‘Ashim dan pasukannya merasakan kehadiran musuh, mereka segera mencari tempat berlindung, lalu musuh pun mengepung tempat itu. Mereka berkata: Menyerahlah, dan serahkan tangan kalian, kalian akan diberikan jaminan dan perjanjian bahwa kami tidak akan membunuh seorang pun dari kalian!

Maka ‘Ashim ra. menjawab: Aku tidak akan sekali-kali menyerah dengan jaminan orang kafir, Ya Allah, sampaikan kabar tentang kami kepada Nabi-Mu saw. Maka para musuh melempari mereka dengan panah dan membunuh ‘Ashim, dan ada tiga orang yang menyerah kepada mereka atas dasar perjanjian aman. Mereka itu adalah Khubaib, Zaid ibn al-Datsinah, dan satu orang lain. Maka ketika mereka menguasai tiga sahabat tadi, mereka melepaskan tali-tali busur mereka kemudian mengikat mereka bertiga. Orang ketiga berkata: Ini adalah awal dari pengkhianatan, demi Allah, aku tidak akan ikut kalian, sesungguhnya aku ingin meniru mereka, maksudnya adalah mereka yang mati dibunuh musuh, maka para musuh menyeretnya dan memaksanya, tapi ia tidak mau ikut, akhirnya mereka membunuhnya.

Kemudian mereka membawa Khubaib dan Zaid ibn al-Datsinah, hingga mereka menjualnya di Makkah sesudah perang Badar. Yang membeli Khubaib adalah Bani al-Harits ibn ‘Amir ibn Naufal ibn Abdi Manaf, dan Khubaib adalah orang yang membunuh al-Harits pada perang Badar. Maka tinggallah Khubaib sebagai tawanan mereka. Hingga akhirnya mereka sepakat untuk membunuhnya, maka ia meminjam pisau dari putri al-Harits untuk ditajamkan, maka ia meminjamkannya.

Tiba-tiba seorang bocah kecil lari mendatanginya ketika ibunya sedang lengah, dan kemudian ibu bocah tadi mendapati anaknya sedang dalam pangkuan Khubaib yang sedang memegang pisau, ibunya sangat takut sehingga Khubaib mengetahuinya, maka ia berkata: Apakah kamu takut aku akan membunuh anak ini? Aku tidak akan pernah melakukannya. Wanita itu berkata: Demi Allah, aku tidak pernah melihat tawanan sebaik Khubaib. Demi Allah, aku pernah melihatnya suatu hari sedang memakan setangkai anggur di tangannya, padahal tangannya dalam keadaan terikat rantai, dan di Makkah tidak ada buah anggur! Maka wanita tadi berkata: Itu adalah rezeki yang diberikan kepada Khubaib.

Lalu, ketika orang-orang membawanya keluar dari tanah haram, untuk membunuhnya di tanah halal, Khubaib berkata kepada mereka: Biarkan aku shalat dua rakaat. Lalu mereka membiarkannya shalat dua rakaat. Kemudian ia berkata: Demi Allah, jika bukan karena khawatir kalian mengira bahwa aku takut, niscaya aku tambah lagi rakaat shalat. Ya Allah, hitunglah jumlah mereka, dan bunuhlah mereka serempak, dan jangan Engkau tinggalkan seorang pun dari mereka. Kemudian ia melantunkan sya’ir:

Aku tidak peduli ketika aku dibunuh sebagai muslim,

            Di sisi manakah kematianku karena Allah,

Itu semua ada pada Allah, Jika Dia berkehendak,

            Akan memberkati tiap anggota tubuh yang terpotong-potong.

Dan dengan demikian Khubaib adalah orang yang prtama memberi contoh mengerjakan shalat sebelum dibunuh bagi setiap muslim yang dibunuh dengan kesabaran.

Dan Nabi saw. menceritakan kepada para sahabatnya kabar tentang rombongan yang diutusnya ketika dibantai oleh musuh. Ketika mendengar bahwa ‘Ashim terbunuh, orang-orang Quraisy mengutus beberapa orang,  untuk mencari mayatnya karena ‘Ashim telah membunuh seorang pemimpin dari mereka. Kemudian Allah mengirimkan rombongan tawon untuk melindunginya dari utusan tadi, hingga mereka tidak kuasa untuk memotong satu pun dari bagian tubuhnya.

(HR al-Bukhari)

Al-Hudat: Nama sebuah tempat.

al-Zullah: awan,

al-Dabru: lebah.

Lafaz Uqtulhum bidadan, boleh dibaca dengan ba'nya dikasrahkan atau difathahkan lalu berbunyi badadan. Bagi orang yang membacanya kasrah, maka jama'nya biddah dengan kasrahnya ba', artinya bagian. Maknanya ialah: Bunuhlah mereka itu ya Allah dalam waktu yang terbagi-bagi menurut pembagian gilirannya masing-masing. Adapun bagi orang yang membaca fathahnya ba', maka maknanya adalah secara berpisah-pisah dalam membunuhnya itu, yakni satu demi satu, yaitu dari kata al-Tabdid.

Hadis-hadis dalam bab ini banyak  dan sahih,  yang sebagiannya sudah disebutkan dalam bab terdahulu antara lain: Hadis tentang seorang anak yang mendatangi pendeta dan ahli sihir, juga Hadis tentang Juraij, demikian pula Hadis tentang orang-orang yang melarikan diri ke goa yang tertutup oleh batu besar, Hadis tentang orang yang mendengar suara dalam awan yang mengatakan: Siramlah kebun si Fulan itu dan Iain-Iain lagi. Wal hasil, dalil-dalil tentang hal ini sangat banyak dan masyhur. Wa billahit taufik.


Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 2818, 3690, 3777 dan 6853; Abu Daud, hadis no. 2287; Ahmad, hadis no. 7587 dan 7749.