Perkiraannya benar

RS 202 RS 1507 RS 1510

وَعَنْ أَبِي خُبَيْبٍ بضم الخاءِ المعجمة عَبْدُ اللَّهِ بنِ الزُّبَيْرِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهما قَالَ :

لَمَّا وَقَفَ الزبَيْرُ يَوْمَ الْجَمَلِ دَعانِي فَقُمْتُ إِلَى جَنْبِهِ، فَقَالَ : يَا بُنَيَّ إِنَّهُ لا يُقْتَلُ الْيَوْمَ إِلاَّ ظَالِمٌ أَوْ مَظْلُومٌ، وإِنِّي لاأُرَنِي إِلاَّ سَأُقْتَلُ الْيَومَ مَظْلُوماً، وَإِنَّ مِنْ أَكْبَرِ هَمِّي لَدَينْيِ أَفَتَرَى دَيْنَنَا يُبْقى مِنْ مَالِنَا شَيْئاً ؟ ثُمَّ قَالَ : بعْ مَالَنَا واقْضِ دَيْنِي، وَأَوْصَى بالثُّلُثِ، وَثُلُثِهُ لبنيه، يَعْنِي لبَنِي عَبْدِ الله بن الزبير ثُلُثُ الثُّلُث . قَالَ : فَإِن فَضلِ مِنْ مالِنَا بعْدَ قَضَاءِ الدَّيْنِ شَيءٌ فثُلُثُهُ لِبَنِيك، قَالَ هِشَامٌ : وكان وَلَدُ عَبْدِ اللَّهِ قَدْ ورأى بَعْضَ بَني الزبَيْرِ خُبيبٍ وَعَبَّادٍ، وَلَهُ يَوْمَئذٍ تَسْعَةُ بَنينَ وتِسعُ بَنَاتٍ .

قَالَ عَبْدُ اللهِ : فَجَعَل يُوصِينِي بديْنِهِ وَيَقُولُ : يَا بُنَيَّ إِنْ عَجزْتَ عَنْ شَيءٍ مِنْهُ فَاسْتَعِنْ عَلَيْهِ بموْلايَ . قَالَ : فَوَاللَّهِ مَا دَريْتُ ما أرادَ حَتَّى قُلْتُ يَا أَبَتِ مَنْ مَوْلاَكَ ؟ قَالَ : الله . قَالَ : فَواللَّهِ مَا وَقَعْتُ في كُرْبَةٍ مِنْ دَيْنِهِ إِلاَّ قُلْتُ: يَا مَوْلَى الزبَيْرِ اقْضِ عَنْهُ دَيْنَهُ، فَيَقْضِيَهُ . قَالَ : فَقُتِلَ الزُّبَيْرُ وَلَمْ يَدَعْ دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِلاَّ أَرَضِينَ، مِنْهَا الْغَابَةُ وَإِحْدَى عَشَرَةَ دَارًا بالْمَدِينَةِ . وَدَارَيْنِ بالْبَصْرَةِ، وَدَارَاً بالْكُوفَة وَدَاراً بِمِصْرَ . قَالَ : وَإِنَّمَا كَانَ دَيْنُهُ الذي كَانَ عَلَيْهِ أَنَّ الرَّجُلَ يَأْتَيهِ بِالمالِ، فَيَسْتَودِعُهُ إِيَّاهُ، فَيَقُولُ الزُّبيْرُ: لا وَلَكنْ هُوَ سَلَفٌ إِنِّي أَخْشَى عَلَيْهِ الضَّيْعةَ . وَمَا ولِي إَمَارَةً قَطُّ وَلا جِبَايةً ولا خَراجاً ولا شَيْئاً إِلاَّ أَنْ يَكُونَ في غَزْوٍ مَعَ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، أَوْ مَعَ أَبِي بَكْر وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهم.

قَالَ عَبْدُ اللهِ : فَحَسَبْتُ مَا كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الدَّيْنِ فَوَجَدْتُهُ أَلْفَيْ أَلْفٍ وَمائَتَيْ أَلْفٍ، فَلَقِيَ حَكِيمُ بْنُ حِزَامٍ عَبدَ اللَّهِ بْن الزُّبَيْرِ فَقَالَ : يَا ابْنَ أَخِي كَمْ عَلَى أَخِي مِنَ الدَّيْنِ ؟ فَكَتَمْتُهُ وَقُلْتُ : مِائَةُ أَلْفٍ . فَقَالَ : حَكيمٌ : وَالله مَا أَرى أَمْوَالَكُمْ تَسعُ هَذِهِ، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ : أَرَأَيْتُكَ إِنْ كَانَتْ أَلْفَي أَلْفٍ ؟ وَمِائَتَيْ أَلْفٍ ؟ قَالَ : مَا أَرَاكُمْ تُطِيقُونَ هَذَا، فَإِنْ عَجَزْتُمْ عَنْ شَىْء مِنْهُ فَاسْتَعِينُوا بِي . قَالَ : وكَانَ الزُّبَيْرُ قدِ اشْتَرَى الْغَابَةَ بِسَبْعِينَ ومِائَة أَلْف، فَبَاعَهَا عَبْدُ اللَّهِ بِأْلف ألفٍ وسِتِّمِائَةِ أَلْفَ، ثُمَّ قَامَ فَقالَ : مَنْ كَانَ لَهُ عَلَى الزُّبَيْرِ شَيْء فَلْيُوافِنَا بِالْغَابَةِ، فأَتَاهُ عبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعفر، وكَانَ لَهُ عَلَى الزُّبَيْرِ أَرْبعُمِائةِ أَلْفٍ، فَقَالَ لعَبْدِ الله : إِنْ شِئْتُمْ تَرَكْتُهَا لَكُمْ ؟ قَالَ عَبْدُ الله : لا، قال فَإِنْ شِئْتُمْ جعَلْتُمْوهَا فِيمَا تُؤخِّرُونَ إِنْ أَخَّرْتُمْ، فقال عَبْدُ الله : لا، قَالَ : فَاقْطَعُوا لِي قِطْعَةً، قال عبْدُ الله : لَكَ مِنْ هاهُنا إِلَى هاهُنَا. فَبَاعَ عَبْدُ اللَّهِ مِنْهَا فَقَضَى عَنْهُ دَيْنَه، وَوَفَّاهُ وَبَقِيَ منْهَا أَرْبَعةُ أَسْهُمٍ وَنِصْفٌ، فَقَدم عَلَى مُعَاوِيَةَ وَعَنْدَهُ عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ، وَالْمُنْذِرُ بْنُ الزُّبيْرِ، وَابْن زَمْعَةَ . فقال لَهُ مُعَاوِيَةُ : كَمْ قَوَّمَتِ الْغَابَةُ ؟ قَالَ : كُلُّ سَهْمٍ بِمائَةِ أَلْفٍ قَالَ : كَمْ بَقِي مِنْهَا ؟ قَالَ : أَرْبَعَةُ أَسْهُمٍ ونِصْفٌ، فقال الْمُنْذرُ بْنُ الزَّبَيْرِ : قَدْ أَخَذْتُ مِنْهَا سَهْماً بِمائَةِ أَلْفٍ، وقال عَمْرُو بنُ عُثْمان : قَدْ أَخَذْتُ مِنْهَا سَهْماً بِمِائَةِ أَلْفٍ . وَقالَ ابْنُ زمْعَةَ : قَدُ أَخَذْتُ مِنها سَهْماً بِمِائَةِ أَلْفٍ، فَقَالَ مُعَاوِيةُ : كَمْ بَقِيَ مِنْهَا؟ قَالَ : سَهْمٌ ونصْفُ سَهْمٍ، قَالَ : قَدْ أَخَذْتُهُ بِخَمسينَ ومائَةِ ألف . قَالَ : وبَاعَ عَبْدُ الله بْنُ جَعْفَرٍ نصِيبَهُ مِنْ مُعَاوِيَةَ بسِتِّمِائَةِ أَلْفٍ.

فَلَمَّا فَرغَ ابنُ الزُّبَيْرِ مِنْ قََضاءِ ديْنِهِ قَالَ بَنُو الزُّبْيرِ : اقْسِمْ بَيْنَنَا مِيراثَنَا . قَالَ : وَاللَّهِ لا أَقْسِمُ بيْنَكُمْ حَتَّى أَنَادِيَ بالموسم أَرْبَع سِنِين : أَلا مَنْ كان لَهُ عَلَى الزُّبَيَّرِ دَيْنٌ فَلْيَأْتِنَا فَلْنَقْضِهِ . فَجَعَلَ كُلُّ سَنَةٍ يُنَادِي في الْمَوسمِ، فَلَمَّا مَضى أَرْبَعُ سِنينَ قَسم بَيْنَهُمْ ودَفَعَ الثُلث وكَان للزُّبَيْرِ أَرْبَعُ نِسْوةٍ، فَأَصاب كُلَّ امْرَأَةٍ أَلْفُ أَلْفٍ ومِائَتَا أَلْفٍ، فَجَمِيعُ مَالِهِ خَمْسُونَ أَلْف أَلْفٍ ومِائَتَا أَلْف.

رَوَاهُ البُخَارِيّ


Dari Abu Khubaib, dengan dhammahnya kha' mu'jamah, yaitu Abdullah ibn Zubair ra. berkata:

Ketika Zubair berdiri ( menghadapi musuh ) di waktu hari perang Jamal, Zubair memanggil aku lalu aku pun berdiri didekatnya. Zubair berkata: Hai anakku, sesungguhnya pada hari ini tidak ada seorangpun yang terbunuh, melainkan ia adalah seorang yang zalim atau seorang yang dizalimi dan aku merasakan bahwa aku akan dibunuh pada hari ini sebagai seorang yang dizalimi. Sesungguhnya yang menjadi pikiranku saat ini adalah hutangku. Menurutmu, apakah hutang kami akan menyisakan sesuatu dari harta kita?

Zubair melanjutkan ucapannya: Hai anakku, jual sajalah harta kita itu dan lunasilah seluruh hutangku. Zubair mewasiatkan dengan sepertiga, dan sepertiga dari sepertiga diperuntukkan anak-anak Abdullah, yakni bahwa yang diwasiatkan untuk anak-anaknya Abdullah ibn Zubair ialah sepertiganya sepertiga (sepersembilan). Zubair berkata: Jikalau ada kelebihan dari harta kita setelah digunakan melunasi hutangnya, maka yang sepertiganya sepertiga adalah untuk anak-anakmu. Hisyam berkata: Anak Abdullah itu ada yang tidak sesuai dalam sesuatu hal kepada anak-anaknya Zubair, yakni Khubaib dan 'Abbad, sedang Zubair pada hari itu mempunyai sembilan orang anak lelaki dan sembilan orang anak perempuan.

Abdullah ibn Zubair berkata: Maka mulailah Zubair mewasiatkan kepadaku perihal hutangnya dan ia berkata: Hai anakku, jika engkau tidak mampu melaksanakan sesuatu dari melunasi hutang itu maka mintalah pertolongan kepada Yang menguasai diriku? Abdullah berkata: Demi Allah, aku tidak mengerti sama sekali apa yang dimaksudkan olehnya - dengan kata-kata yang menguasainya itu, maka aku berkata: Hai ayahku, siapakah yang menguasai ayah ini? Ia berkata: Allah. Abdullah berkata: Maka demi Allah, tiada satu waktupun aku merasa jatuh dalam kedukaan karena memikirkan hutang ayah itu, melainkan aku berkata: Wahai Yang menguasai Zubair, tunaikanlah hutang Zubair ini! Maka Tuhan menunaikannya.

Abdullah berkata: Selanjutnya Zubair terbunuh dan ia tidak meninggalkan sedinar atau sedirhampun melainkan ada beberapa bidang tanah, di antaranya ialah Ghabah, sebelas rumah di Madinah, dua rumah di Bashrah dan satu rumah di Kufah, juga satu rumah di Mesir. Abdullah berkata: Sebenarnya sebabnya Zubair mempunyai hutang itu karena apabila ada seseorang datang padanya dengan membawa harta, lalu harta itu dimaksudkan olehnya akan dititipkan kepada Zubair, Zubair berkata: Jangan dititipkan, tetapi itu menjadi pinjaman saja, karena sesungguhnya aku sendiri takut kalau harta itu hilang. Zubair tidak pernah menjabat sebagai penguasa negara sama sekali, tidak pula pernah mengusahakan pengulahan tanah ataupun memperoleh hasil pertanian, bahkan tidak pernah juga bekerja sesuatu apapun, melainkan ia pernah mengikuti peperangan beserta Rasulullah saw. atau bersama Abu Bakar, Umar atau Usman ra. (dan dengan demikian memperoleh bagian harta rampasan perang atau ghanimah).

Abdullah berkata: Kemudian aku menghitung hutang yang menjadi tanggungannya. lalu aku dapatkan itu adalah sebanyak dua juta dua ratus ribu dirham. Hakim ibn Hizam lalu menemui Abdullah ibn Zubair dan berkata: Hai anak saudaraku, berapa jumlahnya hutang yang menjadi tanggungan saudaraku? Aku (Abdullah) menyembunyikan jumlah itu dan aku berkata: Seratus ribu. Hakim berkata: Demi Allah, aku mengira bahwa hartamu tidak akan mencukupi untuk melunasi hutang sebanyak itu. Abdullah berkata: Kalau begitu, bagaimana perkiiraanmu, jika hutangnya yang sebenarnya itu ada dua juta dua ratus ribu? Ia berkata: Aku kira, anda tidak akan kuat melunasi itu semua, tetapi jika anda merasa tidak sanggup untuk melunasi sesuatu dari hutang Zubair itu, hendaklah meminta pertolongan padaku. Abdullah berkata: Zubair itu pernah membeli tanah Ghabah dengan harga seratus tujuh puluh ribu. Tanah Ghabah lalu dijual oleh Abdullah dengan harga sejuta enam ratus ribu, kemudian ia berkata (kepada umum): Barangsiapa yang merasa memberikan hutang kepada Zubair, hendaklah datang ke tanah Ghabah.

Kemudian datanglah Abdullah ibn Ja'far dan ia pernah memberi hutang kepada Zubair sebanyak empat ratus ribu. Abdullah ibn Ja'far berkata kepada Abdullah ibn Zubair: Jika anda suka, hutang itu aku tinggalkan untuk anda (yakni tidak usah dikembalikan). Abdullah ibn Zubair berkata: 'Tidak. Abdullah ibn Ja'far berkata: 'Sekiranya anda suka, pelunasan itu hendak anda belakangkan juga boleh anda. Abdullah ibn Zubair menjawab: Jangan. Berkata lagi: Kalau begitu, potongkan sajalah sebagian dari tanah Ghabah itu! Abdullah ibn Zubair berkata: Untuk anda ialah tanah dari batas ini sampai ke batas itu.

Dengan demikian Abdullah ibn Zubair telah menjual sebagian tanah Ghabah itu dan ia melunasi sebagian hutang ayahnya. Kini yang tertinggal ialah empat setengah bagian. Ia datang kepada Mu'awiyah dan di sisinya terdapatlah Amr ibn Usman, Mundzir ibn Zubair dan Ibn Zam'ah. Mu'awiyah bertanya padanya: Berapa diperkirakan harga tanah Ghabah itu? Abdullah berkata: Tiap sebagian berharga seratus ribu. Ia bertanya pula: Kini tinggal berapa bagiannya. Jawabnya: Empat setengah bagian. Mundzir ibn Zubair berkata: Baiklah, untuk aku ambil satu bagiannya dengan harga seratus ribu. Amr ibn Usman juga berkata: Aku ambil satu bagiannya pula dengan harga seratus ribu. Ibn Zam'ah juga berkata: Aku ambil satu bagiannya dengan harga seratus ribu. Selanjutnya Mu'awiyah berkata: Berapa bagian kini yang tertinggal? Jawabnya: Satu setengah bagian. Ia berkata: Baiklah, aku ambil satu setengah bagian dengan harga seratus lima puluh ribu. Abdullah ibn Zubair berkata: Abdullah ibn Ja'far menjual bagiannya kepada Mu'awiyah dengan harga enam ratus ribu. Setelah Abdullah ibn Zubair menyelesaikan pelunasan hutang ayahnya, lalu anak-anaknya Zubair berkata: Bagikanlah bagian warisan kita masing-masing. Tetapi Abdullah ibn Zubair menjawab: Demi Allah, aku tidak akan membagi-bagikan itu antara kalian, sehingga aku memberitahukan secara umum pada setiap musim, yakni selama empat tahun, yaitu dengan ucapan: Barangsiapa yang pernah memberikan hutang kepada Zubair, hendaklah datang di tempat kita dan kita akan melunasinya.

Demikianlah setiap tahunnya pada waktu musim haji diumumkan pemberitahuannya. Setelah selesai empat tahun, lalu harta warisan itu dibagi-bagikan antara anak-anaknya Zubair dan dikurangi sepertiganya. Zubair ketika wafatnya mempunyai empat orang istri, maka setiap istri itu memperoleh sejuta dua ratus ribu. Jadi semua harta Zubair itu ialah lima puluh juta dua ratus ribu.

(HR al-Bukhari)


Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 2897.

وَعَنْ جَابِرِ بْنِ عبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قََالَ :

لَمَّا حَضَرَتْ أُحُدٌ دَعَانِي أَبي مِنَ اللَّيْلِ فَقَالَ : مَا أُرَانِي إِلاَّ مَقْتُولَا فِي أوْلِ مَنْ يُقْتَلُ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم، وَإنِّي لاَ أَتْرُكُ بَعْدِي أَعَزَّ عَلَيَّ مِنْكَ غَيْرِ نَفْسِ رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم، وإنَّ عَلَيَّ دَيْناً فَاقْضِ، وَاسْتَوْصِ بِأَخَوَاتِكَ خَيْراً،  فَأَصْبَحْنَا، فَكَانَ أوَّلَ قَتِيْلٍ، وَدَفَنْتُ مَعَهُ آخَرَ فِي قَبْرِهِ، ثُمَّ لَمْ تَطِبْ نَفْسِي أنْ أَتْرُكَهُ مَعَ آخَرَ، فَاسْتَخْرَجْتُهُ بَعْدَ سِتَّةِ أَشْهُرٍ، فَإِذَا هُوَ كَيَوْمِ وَضَعْتُهُ غَيْرَ أُذُنِهِ، فَجَعَلْتُهُ فِي قََبْرٍ عَلَى حِدَةٍ .

رَوَاهُ البُخَارِيّ


Dari Jabir Ibn Abdullah ra. berkata:

Ketika terjadi perang Uhud, ayahku memanggil aku di waktu malam, lalu berkata: Aku merasa bahwa aku akan menjadi orang pertama yang terbunuh dari sahabat Nabi saw., Sesungguhnya aku tidak meninggalkan sesuatu yang lebih berharga daripada engkau melainkan Rasulullah saw. dan sesungguhnya aku punya hutang, maka lunaskanlah! Dan berbuat baiklah terhadap saudara-saudara perempuanmu. Ketika masuk pagi, ternyata beliau menjadi orang yang pertama kali terbunuh, lalu aku menguburnya dengan mayat lainnya dalam satu lubang, kemudian aku tidak tenang untuk meninggalkannya dalam satu lubang dengan mayat lain, maka aku keluarkan jasadnya setelah enam bulan, ternyata ia masih seperti pada hari aku kuburkan kecuali telinganya, maka aku menguburkannya dalam lubang sendiri.

(HR al-Bukhari)


Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 1257, 1259-1261, 1264, 1265, 1266 dan 3771; Abu Daud, hadis no. 2731; al-Tirmizi, hadis no. 957; al-Nasa’i, hadis no. 1929, 1994; Ibn Majah, hadis no. 1503; Ahmad, hadis no. 13674.

وعَن ابْنِ عُمر رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ :

مَا سَمِعْتُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُولُ لِشَيءٍ قَطُّ : إنِّي لأَظُنَّهُ كَذَا إِلاَّ كَانَ كَمَا يَظُنُّ .

رَوَاهُ البُخَارِي


Dari Ibn Umar ra. berkata:

Tidak pernah aku mendengar Umar ra. berkata kepada sesuatu: Sesungguhnya aku mengira perkara itu begini, melainkan kejadian perkara tersebut tepat sebagaimana yang diperkirakan olehnya.

(HR al-Bukhari)


Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 3575, 3576 dan 3577.